Nama Jim Robert Tindi, pria kelahiran Talaud 26 Oktober 1972 sudah sangat merakyat dikupingnya warga Sulawesi Utara
Pun jejak sebagai Aktifis diera tahun
1992 bersama sang maestro bung Benny Rhamdani di Forum Diskusi Anak Bangsa (FODAB) cikal bakal Pergerakan di Unsrat sudah dilakoni.
Alhasil, sekira tahun 1993-1994 didaulat sebagai Redaktur dan Pemimpin Redaksi Majalah Equilibrium FE Unsrat. Bahkan iapun Ikut mendirikan Persatuan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) bersama Rommy Fibri, kemudian bergabung bersama (PRD) dan di percayakan sebagai Ketua Partai Rakyat Demokratik (PRD) Sulut
Bahkan lelaki familiar inipun terus getol
mengadvokasi Rakyat Sumompo, terutama para Buruh Sampah serta masyarakyat yang ada di Kelurahan Tongkaina Kecamatan Bunaken Darat.
Bukan hanya itu saja, kurang lebih 23 Tahun Lalu, pria berkulit hitam maniz ini mengadvokasi Buruh Sampah, yang saat itu masyarakyat di Kelurahan Sumompo di perhadapkan dengan laporan (24 KK) yang mendiami tanah Ex Erpacht Perponding No.174 karena Tihasa akan di gusur karena tanah tersebut sudah di klaim milik mantan Pejabat di Sulut.
Menurut Jimmy, saat itu juga saya di bantu beberapa kawan melakukan advokasi.
Bahkan saya mengajak masyarayat agar dalam berjuang kita harus punya alat perjuangan.
“Maka sepakatlah rakyat membentuk organisasi dengan nama Dewan Perjuangan Rakyat Sumompo.” tutur Jimmy
Selain itu katanya, DPRS sendiri didirikan oleh beberapa tokoh masyarakat diantaranya, Almarhum Kores Tamansa, Almarhum. Estan Dalandang, Almarhun. Elly Mona, Jonathan Larumunde, Topan Horompato, Sater Bopeng. Serta Di bantu oleh Pdt. Mansur Namangge dan Yakob Pasa.
“Perjuangan kami kala itu di awali dengan aksi Massa ke (DPRD) Provinsi Sulawesi Utara. Kemudian di lanjutkan dengan aksi reklaiming tanah di bagi ke 200-an KK secara Gratis.” ucapnya
Diapun bercerita, perjuangan Reformasi Agraria ini terbilang cukup panjang dan penuh Drama, sebab banyak Intrik untuk memunculkan perpecahan, namun perjuangan rakyat di alihkan pada proses peradilan yang memakan waktu kurang lebih 8 tahun hingga Putusan Mahkamah Agung memutuskan kemenangan pada rakyat sebagai penggugat.
“Puji Tuhan saya masih di beri nafas hidup dan kekuatan untuk melihat hasil perjuangan ini. Dan (DPRS) juga merupakan organisasi yang mendorong percepatan pemekaran Kelurahan Sumompo dengan Tokoh-tokoh seperti Ferry Pinontoan, Sartje Kampong dan Lain-lain.” tukasnya
Selain itu katanya, penyair kawakan asal Sulawesi Utara Iverdixon Tinungki mengatakan, dalam syair puisinya: “bukankah manusia adalah buku-
buku yang menulis sendiri isinya
dan kata-kata adalah senjata memantulkan maut pada setiap kenangan
yang ingin dibunuhnya”
Alhasil, setelah memasuki Kampus Unsrat 1992, sayapun mulai merintis dunia pergerakan di awali dengan bergabung bersama Forum Diskusi Anak Bangsa (Fodab) yang didirikan oleh bung Benny Rhamdani, bahkan kami terus melakukan aksi-aksi kecil untuk menyikapi normalisasi kehidupan kampus dan birokrasi kehidupan Kampus (NKK/BKK).
“Saya juga mengambil bagian dalam kegiatan pers kampus dan saat itu sempat memimpin Majalah Equilibrium FE Unsrat, bersama Almarhum Patria Pombengi, hingga kami bergabung dalam Persatuan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) yang saat itu di pelopor Sahabat Rommy Fibri.” ujarnya.
Pria yang dikenal pemberani dalam melaksanakan tugas dan kepentingan masyarakat ini mengatakan, saat itu situasi politik negeri mulai Panas bahkan mulai muncul pergerakan Mahasiswa walau kecil.
“Kemudian saya mulai di perkenalkan oleh beberapa Tokoh LSM/ pergerakan Seperti Riswan Lapagu, Suwiryo Ismail, Katamsi Ginano, Pitres Sombowadile, Frangky Wongkar (sekarang Bupati Minsel) serta Semuel Angkouw,” ungkapnya.
Diapun menuturkan, kamipun mulai dengan advokasi kepada Rakyat Tanjung Merah dengan pencemaran limbah perusahaan tepung tapioka.
“Tahun 1995 saya juga ikut bersama DR. dr. Elly Engelbert Lasut,ME dalam Gema-MKGR dan menyiapkan Sugandhi Cup.” bebernya
Lanjut dia, Rejim Orde Baru yang sangat Otoriter mulai melakukan tekanan Sabotase Negara terhadap PDI, sehingga memunculkan letupan perlawanan. Bahkan pada Pemilu 1997 pun di gelar di tengah-tengah kegelisahan Rakyat maka terbentuklah (KIPP) dan saat itu saya di percayakan beberapa Kawan termasuk Pitres Sombowadile untuk menyisir Nusa Utara dengan membagikan Selebaran sebagai Media Alternatif.
“DI Nusa Utara ini saya di bantu beberapa Kawan antara Lain Almarhum. Max Joroh juga ada pengusaha muda kala itu Anthoni Hongwijoyo. Dan seusai Kongres (PRD) di Kaliurang kemudian saya di Percayakan memimpin Partai Rakyat Demokratik Sulawesi Utara, dan mengantar (PRD) lolos pada pemilu multipartai pertama di Indonesia.” katanya dengan nada bangga.
Pun ada banyak cerita yang terlewatkan juga banyak nama yang tak di sebut, seperti Pendudukan kantor (PDI) di Martadinata bersama beberapa kawan, tapi sudahlah semua ada kisahnya sendiri.
Inilah jalanku, pilihanku yang aku jalani dengan kepala tegak walau kadang kerikil tajam menghujam kakiku, banyak harga yang telah aku korbankan untuk sebuah prinsip.
Kisah ini ditulis untuk merawat ingatan.
Dan Semoga catatan ini tetap merawat Ingatan Rakyat Sumompo agar kita tak pernah Lupa pada Jatidiri kita sebagai Rakyat yang Bermartabat.
Salam Kasih
JIM ROBERT TINDI
(Rogam)