BeritanyaIndonesia.com- Seni merupakan sebuah imajinasi yang diciptakan dari pemikiran manusia yang memiliki nilai estetika atau keindahan yang sangat tinggi. Dan suatu karya seni memiliki beragam bentuk. Dan salah satu di antaranya adalah seni lukis.
Sebut saja, Hera Putri Sembiring Meliala. Remaja 15 tahun yang saat ini bersekolah di High School Penabur International Kelapa Gading Jkt ,Class 10 ( setara klas satu SMA), yang juga merupakan anak dari pasangan Dharmawati Dareho SH,MH dan Emmanuel Sembiring Meliala SH, mampu menunjukan jati diri sebagai pelukis milenial di Indonesia.
Buktinya, karya seni lukis Hera ini banyak terbuat dari pensil yang menuangkan berbagai karakter sesuai imajinasinya dan bercerita tentang karya seni lukis tersebut.
Herapun mulai melukis saat pandemi yang melanda dunia termasuk di Indonesia. Itupun dikarenakan situasi saat ini membuat semua orang berdiam dirumah saja dan sistim belajar mengajar di sekolah hanya melalui online.
Pun remaja yang menyukai olahraga basket dan renang ini sudah sejak kecil telah menguasai berbagai bahasa seperti, bahasa Inggris dengan aktif dan saat ini sedang menjalani kursus bahasa Perancis dan Japan di Jakarta.
Berbagai lukisan yang ia gambarkan dengan menunjukan karakter tidak peduli apa warna kulitmu, sebab kita semua hanya terdiri atas kulit dan tulang. Oleh karena itu kedudukan, kejayaan dan kekayaan hanyalah sementara tak ada yang abadi semua itu tertuang seperti pada lukisan-lukisan yang ia buat.
Bahkan banyak lukisan yang ia ciptakan melalui jari jemarinya yang bercerita tentang The Sun and Moon Reflect Each Other Just Like Horus And Anubis.
Bukan hanya itu saja, dalam lukisannya menceritakan
matahari dan bulan saling memantulkan seperti Horus dan Anubis.
Itupun kalau kita lihat , sangatlah berkaitan dengan “Ra” salah satu dewa bangsa Mesir kuno yang paling populer dan berusia ribuan tahun.
“Saat ini saya lagi semangat melukis untuk persiapan pameran. Dan semoga bisa terlaksana dalam waktu dekat ini,” ujar Hera.
Berbagai komentarpun datang bahkan mengalir ke Hera tatkala beberapa pelukis ternama melihat karya seni anak remaja
Ini. Menurut Emmanuel Sembiring yang bapaknya juga pecinta dan kolektor beberapa lukisan Jeihan, bahwa fenomena Hera Sembiring Meliala (15) ini mengingatkan saya pada komentar kritikus seni rupa tentang Jeihan Sukmantoro almarhum. Sanento Juliman almarhum, pengamat seni rupa alumni Perancis dan Sudjoko Gurubesar ITB itu, bahwa ada misteri dalamm lukisan Jeihan. Apa itu ? Saya mengatakannya bukan hanya misteri, tetapi tangkapan karakteristik dari obyek lukisan. Dan itulah yang sering saya tekankan dalam katalog pameran lukisan Jeihan baik dalam negeri maupun luarnegeri.
“Tangkapan karakteristik itu, sesungguhnya, sejalan dengan metodologi Gestald dr Carl G. Jung yang dipopulerkan Prof. Arief Budiman. Dan Ingat, mas Jeihan bukanlah seorang sketsais yang bagus. Tetapi Hera ? Sejak lecil ia suka mencoret. membuat sketsa sendiri, menggambar wujud tanpa belajar melukis.” tutur Sembiring.
lebih jauh katanya, saya menangkap sosok, lalu mengisinya dengan karakteristik, sehingga misteri lukisan itu nyata. Apalagi hanya dengan drawing hitam-putih yang sederhana. Sehingga kita perlu lihat perkembangan ke depan, meskipun dalam garis, komposisi dan tangkapan karakteristik obyek lukisan,pujinya.
Sementara itu bung Karel Takumansang wartawan senior Sulut, pelukis dan budayawan yang saat ini memiliki kolektor barang-barang antik Cina, memberikan komentar tatkala melihat 8 lukisan Hera yang diberi judul, Viknette Hera.
Menurut Karel, seyogyanya Fenomena ‘Citayam’ tidak perlu Wah, untuk tampil tapi perlu keberanian.
“Otentik, apa adanya, tampil sekenanya, seadanya, tapi berani unjuk diri, ini aku lho”
keberanian exis abg-abg
pinggiran, menggebrak main set kemapanan elitis, dalam berpenampakan mengundang pesona rasa berbeda.” tukasnya.
Lebih jauh kata Takumansang , Hera putri sembiring Meliala, abg 15 tahun, sudah berani unjuk diri dengan 8 vignet, (gambar ilustratif ) dengan gaya lugu apa adanya. Dan ini patut di suport. Apalagi Hera tampil lugu dengan Vignette, pencil, garis-garis kountur sederhana, tanpa diimbuh tinta keras dan tegas, sehingga mencerminkan remaja yang mencari identitasnya, tapi tetap berani menunjukan diri , merefleksikan pikiran dan perasaannya, keyakinan sekaligus kegalauannya.
“Tentu saja, bagi saya bathin seorang remaja putri 15 tahun seperti Hera,
indah untuk dipahami.
karena ada seni pertempuran tata nilai rasa dan karsa
yang berkecamuk di arus bawah jiwanya.
” Hera merupakan pelukis hebat dan memiliki seni yang tinggi ,” pungkasnya.
(Rogam)